Mediaonline.co.id — Aksi hujat-menghujat akibat banjir yang melanda ibukota dan sekitarnya sesungguhnya adalah sesuatu yang biasa. Bahkan tanpa banjir pun mereka yang hobi menghujat itu akan mencari kesalahan Anies Baswedan.
“Untuk itu seharusnya hujatan mereka tak perlu dipedulikan, yang harus diperhatikan saat ini justru adalah penanganan akan dampak yang ditimbulkan oleh banjir tersebut,” kata Ketua Umun Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Muhammad Ramli Rahim, Jumat (3/1/2020).
BMKG mencatat, curah hujan di Jakarta adalah yang tertinggi sepanjang sejarah sejak dilakukannya pencatatan.
Sebaran curah hujan ekstrem tersebut, menurut BMKG, lebih tinggi dan lebih luas dibandingkan kejadian banjir Jakarta pada 2007 dan 2015.
Bahkan, curah hujan kali ini mencatatkan rekor curah hujan tertinggi sejak 1866. “Sehingga menghujat Gubernur Anies hanya akan dilakukan oleh mereka yang selama ini memang tak senang dengan anies,” kritik Ramli Rahim.
Salah satu dampak besar Banjir Jakarta adalah keberadaan 1.561.396 pelajar DKI yang kemungkinan besar mengalami dampak dari banjir ini. Kemungkinan ada yang sekolahnya aman tapi rumah mereka terendam atau sebaliknya, rumah mereka aman tapi sekolah mereka terdampak.
Diyakini, Ujian Nasional 2020 akan bermasalah mengingat UNBK menggunakan peralatan elektronik jika tak segera ditangani. Fasilitas sekolah lainnya pun pasti terdampak apalagi kejadian ini terjadi saat libur sekolah yang berarti kesiap-siahaan petugas sekolah sangat minim bahkan mungkin tak ada sama sekali.
Perlu perhatian serius bukan hanya oleh pemerintah DKI tapi semua pihak mesti bahu membahu menormalkan kembali kondisi sekolah-sekolah kita.
Gubernur Anies sudah bekerja keras, bahkan Ketua DPRD DKI sudah meminta agar pengelolaan 13 sungai besar di DKI diserahkan ke pemprov DKI sebagai upaya total DKI mengurangi banjir. Apalagi sangat terlihat bagaimana pemprov menangani dengan baik pengungsi akibat banjir mulai dari evakuasi hingga penanganan di lokasi pengungsian. (sam)