Ini Strategi Kementan Perkuat Ekspor Perkebunan di Tengah Merebaknya COVID-19

Mediaonline.co.id, JAKARTA—Sejak awal tahun 2020, dunia dihebohkan
dengan adanya wabah virus corona (Covid-19) yang berasal dari China. Kehadiran
Covid – 19 bak gelombang tsunami yang turut merusak postur perekonomian global.
Sebagai negara pertama yang mengalami hantaman Covid – 19, pembatasan keluar
masuknya barang dari dan/atau ke China membuat perekonomian negara ini menjadi
terganggu.

Mengingat China merupakan negara yang perekonomiannya sangat
berpengaruh di dunia, maka hal ini pasti berdampak pada perekonomian negara
lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia. Sawit, Kelapa,
Kakao, Karet, Kopi, Teh, Lada, Pala, Cengkeh, Kayu Manis asal Indonesia menjadi
komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke negara yang dijuluki sebagai Tirai
Bambu tersebut.

Bacaan Lainnya

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan
Kementerian Pertanian telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif
tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya
permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

“Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri
Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang
paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis. Tidak hanya fokus dalam
peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar
tujuan ekspor,” kata Kasdi.

Kasdi mengaku pihaknya telah menyiapkan enam strategi utama
untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia ditengah pandemik Covid – 19 saat
ini. Pertama adalah Lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk
mengupayakan direct ekspor terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor
melalui Tiongkok.

“Kedua kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea
masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti
untuk Sugar, Vanaspati ghee dan komoditas lainnya, yang ketiga tentu dengan meningkatkan
jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu,” jelas
Kasdi.

Strategi yang keempat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya
Meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar. Itu melalui
optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang
sudah berjalan dipercepat, dan  tentunya
dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami,
tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun,
untuk mengantisipasi hal ini kita akan dorong peningkatan Ekspor sawit ke
India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20%, Amerika Serikat 5%.
Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik
sebesar 10%, untuk konsumsi dalam Negeri kami targetkan naik 5%,” beber Kasdi.

Staregi selanjutnya, ungkap Kasdi pihaknya akan berupaya
meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal Karet
untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya, dan yang terakhir adalah
Optimalisasi pelayanan jaringan informasi 
dan komunikasi secara terorganisasi antara Bussiness to bussiness (B to
B) dan goverment to goverment (G to G).

Sedangkan untuk ekspor karet di Tahun 2020, Kasdi mengaku
telah mempersiapkan target – target peningkatan, dan negara – negara alternatif
tujuan ekspor karet selain Cina. “Kami akan dorong ke Jerman dan Perancis
dengan besar kenaikan 10%, Amerika Serikat dan Argentina 10%, Jepang dan Korea
Selatan naik 7,5%, Afrika Selatan hingga 2,5%, untuk konsumsi dalam negeri kami
targetkan meningkat hingga 5%,” tutup Kasdi. (rls)

Source

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *