Mediaonline.co.id, JAKARTA– Warga Jakarta terlihat begitu antusias menyaksikan gerhana matahari cincin yang terlihat di sejumlah wilayah Indonesia. Mereka terlihat sudah mulai memadati area Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (26/12).
Saat gerhana mulai terjadi terlihat kegirangan dari wajah mereka yang datang. Berbekal kacamata khsus yang disediakan gratis dari pihak pengelola, mereka terus memandang ke langit, menunggu hingga gerhana cincin terjadi sempurna.
Sebagian dari mereka mengantri pada 12 spot teleskop yang disediakan Planetarium. Mereka bisa melihat langsung matahari menggunakan alat bantu tersebut secara bergantian, dengan bantuan intruktur.
Sandra Pertiwi, 29, salah satu pengunjung mengatakan, sengaja datang ke TIM untuk menyaksikan peristiwa langka tersebut. Dia datang membawa 3 orang anggota keluarganya.
“Kita emang sengaja nyempetin waktu. Karena kan gerhana begini jarang-jarang terjadi. Kapan lagi bisa lihat yang beginian,” kata Sandra.
Sementara itu, kegirangan melihat gerhana juga dirasakan oleh Ahmad Zakaria, 23. Dia mengaku baru pertama kali melihat gerhana matahari cincin. “Keren asli, cuma mungkin lebih keren lagi nanti pas benar-benar jadi cincin ya. Sekarang kan (matahari) baru ketutupnya sedikit,” tambahnya.
Diketahui, sebanyak 25 kota di Indonesia akan dilewati gerhana matahari cincin (GMC) besok (26/12). Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly menyatakan, fenomena langka itu bakal terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, mereka yang berada di luar 25 kota tersebut hanya bisa melihat gerhana matahari dalam bentuk gerhana sebagian. Durasi cincin terlama bisa dilihat di Selat Panjang, Riau. ”Akan terjadi di sana selama 3 menit 38,9 detik,” jelas Sadly kemarin (24/12).
Bagi yang ingin melihat GMC, Sadly mengingatkan mereka untuk tidak menatapnya langsung dengan mata telanjang. ”Itu dilarang. Sinar ultraviolet dari matahari yang tajam dapat mengakibatkan sakit mata sampai kebutaan,” tegasnya.
Jangan pula coba mengakali dengan menggunakan kacamata hitam, film foto, film rontgen, atau alat optik apa pun tanpa filter matahari. Risikonya sama dengan menatapnya dengan mata telanjang.
”Untuk melihat, diharuskan pakai kacamata gerhana. Kalaupun mau pakai film rontgen, harus rangkap lima dan hanya bisa dipakai sebentar,” ungkapnya. (jpc/fajar)