Terima Gelar Doktor Kehormatan dari ITB
Mediaonline.co.id, BANDUNG –Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan gelar doktor kehormatan (honoris causa) kepada Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI M Jusuf Kalla melalui prosesi sidang terbuka di Aula Barat ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Senin (13/1/2020).
Ada yang menarik dalam acara ini, selain orasi ilmiah JK, panitia kampus civitas akademika ITB juga menampilkan sebuah foto legendaris JK saat menjadi aktifis kampus di Unhas. Dalam foto itu, JK sedang orasi di dalam sebuah aksi mahasiswa di depan rekan-rekannya sambil memegang pengeras suara.
Banyak yang memberi aplaus saat foto itu ditampilkan panitia civitas akademika ITB.
Pemberian HC kepada JK diberikan atas inovasi yang telah dilakukan untuk melakukan peningkatan produktivitas sebuah sistem perusahaan maupun institusi sektor publik dan pemerintahan.
Jusuf Kalla menjadi tokoh ke-14 yang menerima gelar HC dari ITB. Sebelumnya beberapa tokoh yang mendapat gelar HC ITB di antaranya Presiden Soekarno, Emil Salim, Arifin Panigoro, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Hatta Rajasa.
Tim Promotor HC JK, Abdul Hakim Halim mengatakan, tujuan pemberian HC dalam rangka mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berprestasi dalam, dan memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
“Berdasarkan karya-karya inovatif, rekam jejak, dan kearifan serta ketentuan penerima gelar doktor kehormatan yang tercantum dalam SK Senat Akademik ITB Nomor 43/SK/K01-SA/2003. Tim Promotor berkesimpulan dengan penuh keyakinan, bahwa M Jusuf Kalla sangat layak untuk mendapat gelar Doktor Kehormatan dari ITB dalam bidang produktivitas,” jelas dia.
Beberapa produktivitas yang dinilai mendorong penganugerahan HC ke Jusuf Kalla di antaranya kemampuannya menjadikan PT Bukaka Teknik Utama Tbk menjadi perusahaan internasional. Bukaka juga dikenal sebagai perusahaan yang memperkenalkan jembatan pengantar penumpang di bandara.
Kebijakan lainnya adalah konversi minyak tanah ke LPG. Kebijakan ini mendapat apresiasi banyak negara atas suksesnya program konversi minyak tanah ke LPG. Konversi minyak tanah juga menyelamatkan Indonesia dari membengkaknya subsidi minyak tanah akibat naiknya harga minyak dunia.
Selanjutnya, kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLT mampu diterapkan di tengah kenaikan harga BBM. BLT juga mampu diterapkan dalam waktu singkat, menepis anggapan banyak pihak bahwa penerapan BLT perlu persiapan panjang.
Terakhir, pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Pembangunan bandara tersebut tak lepas dari dorongan M Jusuf Kalla, bahwa Indonesia mampu membangun bandara secara mandiri. Bandara Sultan Hasanuddin menjadi awal pembangunan bandara-bandara indonesia secara mandiri dari sisi finansial, desain, konstruksi, dan relatif murah.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, bagi ITB penganugerahan Doktor Kehormatan ini memiliki arti tersendiri yang sangat besar, terutama karena berkesempatan memberikannya kepada putra terbaik bangsa yang telah mendedikasikan kehidupannya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Dalam sambutannya, Prof. Kadarsah mengemukakan bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2030-2040, yaitu Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia produktif (berusia 15 – 64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Berkaitan dengan bonus demografi tersebut, perlu mempersiapkan segalanya agar usia produktif dari sebagian besar bangsa ini bukan hanya merupakan potensi saja tetapi benar-benar merupakan bangsa yang memiliki produktivitas tinggi. “Saya berharap agar penganugerahan gelar Doktor Kehormatan kepada Dr (HC) M Jusuf Kalla ini menjadi awal dari gerakan nasional produktivitas dalam rangka menyongsong bonus demografi,” ujarnya. (rls/aci)